Selasa, 14 November 2017

tokoh idola



Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie yang biasa kita kenal dengan Bapak Habibie merupakan salah satu tokoh idola saya. Alasan saya menyukai bapak Habibie adalah beliau merupakan seseorang yang Kreativ dan Tulus, seseorang yang mengeyam pendidikan cukup lama di Jerman namun masih memiliki jiwa nasionalis yang tinggi. Beliau merupakan orang pertama yang membuat pesawat Indonesia. Langkah-langkah Pak Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Walaupun pada awalnya bapak sempat tidak mendapat dukungan namun bapak tidak menyerah akan apa yang  beliau tuju.
Selain apa yang telah bapak hasilkan untuk Indonesia yang membuat saya menyukai beliau adalah kisah bapak dengan ibu Ainun (istri pak Habibie). Mereka merupakan pasangan yang sangat saya kagumi karena perjalanan kisah bapak dan ibu Ainun yang selalu bersama hingga maut yang memisahkan mereka. Kesetian ibu yang selalu mendampingi bapak dari belum menjadi apa apa hingga menjadi orang berjasa,dan kesetiaan bapak yang selalu menemani ibu dimasa kritis yang sangat membuat saya tersentuh. Saya melihat melalui berita betapa sedih dan kehilangannya bapak saat Ibu di kebumikan.
Carl Rogers (1902-1987) menyatakan terdapat tiga kondisi internal pribadi yang kreatif, yaitu :
a.  Keterbukaan terhadap pengalaman
b.  Kemampuan untuk menilai situasi sesuai patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
c.  Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep
Apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini maka kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang tersebut akan dapat berfungsi sepenuhnya dan menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif apabila kondisi lingkungan mendukung. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi (Utami Munandar, 1999. dalam  Basuki, 2005,p.20).

Jika kita mengacu pada teori diatas tentu hal tersebut bisa kita kaitkan dengan bapak Habibie yang mampu menghasilkan suatu inovasi yang kreativ mengenai pesawat. Bapak Habibie juga merupakan pencipta teori perambatan retak (crack propagation) yang sampai sekarang masih digunakan dalam dunia akademis. Seringkali orang memilih suatu profesi karena prestis atau karena uang, namun jarang yang betul-betul menyukai secara tulus profesi yang ia pilih seperti bapak. Mencintai apa yang ia lakukan, dan melakukan apa yang ia cintai. Sebetulnya itu adalah kunci mengapa ia bisa jadi jenius.
Jadi setiap orang sejatinya adalah pintar, adalah cerdas, ketika ia bisa mencintai apa yang ia kerjakan. Karena sistem syarafnya akan mendukung penuh dan mengerahkan semua sumberdaya untuk sukses. Kita bisa se-jenius Pak Habibie, asal tahu menjalaninya dengan sukacita dan sepenuh hati. Tentu akan mendapati hambatan dan rintangan namun semua pasti akan menemukan penyelesaiannya asal kita tetap fokus dengan apa yang kita tuju.

Referensi :

Selasa, 31 Oktober 2017

PRIBADI YANG KREATIV

PENDAHULUAN
Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.
Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Daya cipta pada masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.

TEORI PEMBENTUKAN PRIBADI KREATIF :
a. Teori Psikoanalisa

Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak. Priadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma.
Adapun tokoh-tokohnya adalah:

Sigmund Freud. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.

Ernest Kris. Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan, jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.

Carl Jung. Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun pertama.
Abraham Maslow. Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia, dari yang terendah hingga yang tertinggi.

Carl Rogers. Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif, adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan Patokan pribadi seseorang, kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan konsep-konsep.

  C.     Teori Cziksentmihalyi

Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.

a.       Minat pada usia dini pada ranah tertentu: 
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas. 

b.      Akses terhadap suatu bidang: 
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati   sangat membantu pengembangan bakat.
  
c.       Access to a field: 
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan pengakuan + penghargaan dari orang-orang penting.    
Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapau tujuannya.

KESIMPULAN 
  
Kreativitas merupakan usaha melibatkan diri pada proses kreatif yang didasari oleh intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi, juga merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau mencipta sesuatu yang baru.


SUMBER

Senin, 16 Oktober 2017

KEBERBAKATAN

   1.      Pengertian Keberbakatan
Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya.
Menurut Galton 2002, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja. Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi.  Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.
Dilihat dari sudut pandang berdimensi ganda, keberbakatan adalah kemampuan unjuk kerja yang tinggi di dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan, atau bidang akademik tertentu. Dalam konsep luas dan terpadu, keberbakatan merupakan kecakapan intelektual superior, yang secara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademiak di dalam kelompok populasinya dan atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan sosial dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksidengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten.
2.      Hubungan antara Keberbakatan Dengan Kreativitas
Konsep kreativitas keberbakatan merupakan integrasi antara konsep Renzulli tentang keberbakatan dan konsep Clark tentang kreativitas yang bertumpu pada teori psikodinamis dari Jung. Kedua pengertian tersebut mewujudkan konsep kreativitas keberbakatan. Berbagai penelitian telah menunjukkan berbagai kriteria tentang kreativitas maupun keberbakatan ,n amun seperti tadi dikatakan tidak ada satu kriteria tunggal menunjjukkan konsep kreativitas maupun konsep kreativitas secara lengkap. Apabila terjadi optimalisasi , maka terwujudlah kretivitas keberbakatn, bagi renzulli kreativitas inilah yang ,merupakan salah satu dimensi pada perkembangan manusia yang berbakat yaitu: intelegency di atas rata rata, secara konsisten committet pada tugas dan kreativitas itu sendiri (Renzulli 1985). Semiawan (2007) berpendapat bahwa anak dila hirkan dengan bakat yang merupakan potensi kemampuan yang berbeda beda dan yang terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan. Berbagai kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak kita. Berfungsinya otak kita adalah hasil interaksi dari faktor genetis dan adanya stimulasi lingkungan
Faktor kreativitas itu sendiri , selalu disebut sebagai faktor yang penting dalam pengembangan potensi keberbakatan. Namun, Renzulli sendiri menjelaskan bahwa kreativitas atau produksi kreatif juga secara definif tidak tergantung pada psikometrik (tes IQ). Tetapi kreativitas adalah suatu kemampuan berpikir yang orisinal, yang sangat fleksibel penuh dengan temuan baru dalam melakukan pemecahan masalah. Begitu pula dengan kemandirian dan keingintahuan dalam rangka melihat dan memecahkan berbagai masalah, kesemuanya akan berkaitan dengan kreativitas. Karena itu kreativitas adalah suatu kemampuan yang sangat unik, suatu kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah secara serentak/ simultan atau divergen, bertentangan dengan kemampuan berpikir konvensional, yaitu secara sekuensial atau konvergen.
3.       Ciri ciri anak berbakat
  • Memiliki tingkat inisiatif,
  • Kemampuan di atas rata-rata
  • Kreativitas tinggi
  • Pengikatan diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task commitment)
  • Kemauan untuk bekerja sendirian dalam jangka waktu yang lama.
  • Kemampuan melihat adanya hubungan di antara bermacam-macam unsur dalam satu situasi tertentu.

4.      Kurikulum Berdiferensiasi
·         Pengertian
Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid
·         Kegunaan
Kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat. Melalui program khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.  Mengacu  pada peningkatan kehidupan mental anak berbakat melalui program yang akan dapat menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi.
·         Perbedaan dengan kurikulum umum
Kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak. Pada dasarnya kurikulum umum dan kurikulum berdiferensiasi memiliki pengertian yang berbeda, dimana kurikulum umum mencakup berbagai pengalaman belajar yang dirancang secara komprehensip dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu melalui pengembangan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu.



DAFTAR PUSTAKA
Semiawan,conny. 2010. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : PT INDEKS.
Munandar, Utami.2009.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.Jakarta : Rineka Cipta.
Semiawan, Conny R.2010.Kreativitas Keberbakatan : Mengapa, Apa, dan Bagaimana.Jakarta : PT Indeks.

Jumat, 06 Oktober 2017

Jurnal Pribadi

  Nama saya Dela Marthariani, biasa dipanggil Dela. Saya lahir pada tanggal 21 Maret 1997 di Jakarta. Orang tua saya bernama Deni Kurniadi dan Desmila Sari (ALM). Saya anak Tunggal, dikarenakan saat berumur 3 tahun Mama saya meninggal dunia di karenakan sakit lupus. Sebelum mama saya meninggal kedua Orang Tua saya bercerai. Sebelum Mama menghembuskan nafas terakhir beliau berpesan kepada kerabat mama saya untuk tidak membolehkan saya untuk tinggal bersama Papa saya. Sampai saat ini sudah sekitar 17 tahun saya hidup bersama tante.
  Saya memulai sekolah pertama saya di Taman Kanak - Kanak  Budi Mulia yang cukup dekat dari rumah. Sejak masuk TK saya lebih banyak bermain dengan laki laki sehingga saat TK salah satu hobbi saya itu bermain sepak bola di lapangan dekat Mesjid rumah. Saya ini termasuk anak yang aktif dari kecil hingga sekarang dan jarang sekali sakit. Saat masih TK saya bercita cita menjadi seorang astronot karena saya suka melihat bintang dan bulan.
  Sekolah kedua saya yaitu SDN 05. Saat SD saya selalu masuk 10 Besar di kelas. Walaupun saya dari kecil sangat hobbi bermain keluar rumah tapi saya akan selalu belajar setiap malamnya. Saat SD saya memiliki banyak teman baik laki laki ataupun perempuan. Permainan yang sangat saya sukai saat SD adalah bermain Kasti, congklak, bekel, dan salamander. Hobbi saya saat SD adalah membuat Puisi, bahkan saat kelas 5 SD saya di minta untuk mengisi di acara perpisahan kelas 6 dengan membacakan puisi yang saya buat sendiri dibantu dengan Guru Bahasa saya. Cita - cita saya berubah dari astronot menjadi pramugari agar bisa menaiki pesawat setiap hari.
  Sekolah ketiga saya yaitu SMPN 62 Jakarta. Sekolah saya yang satu ini cukup lumayan jauh dari rumah saya saat itu. Diawal masa SMP saya selalu menaiki angkutan umum 2x dikarenakan sejak TK saya selalu berangkat sendiri ke sekolah. Namun tidak sampai sebulan saya drop dan terkena sakit typus selama satu setengah bulan. Itu merupakan sakit terlama saya yang mengakibatkan saya tertinggal banyak materi. Setelah sembuh tante saya menyewa tetangga saya untuk menjadi ojek antar jemput saya kesekolah agar tidak sakit kembali. Pada masa ini.  pertama kalinya saya bergabung dengan Organisasi. Saat itu saya selama satu tahun menjadi salah satu anggota OSIS. Saat SMP saya sudah mulai jarang menulis puisi, saya lebih menyukai menggambar dan mendengarkan lagu. Namun cita cita saya masih ingin menjadi pramugari.
  Sekolah keempat saya yaitu SMAN 22 Jakarta. Awalnya saya agak kecewa masuk di SMA ini dikarenakan harapan saya adalah diterima di SMA 31 Jakarta namun tidak lolos. Saat awal memasuki masa SMA saya agak tertutup dengan orang - orang. Teman yang benar -benar saya anggap sebagai teman hanya sedikit bisa dihitung menggunakan jari. Mungkin karna saya belum bisa beradabtasi dengan baik dengan lingkungan SMA ini dan ditambah bukan sekolah harapan saya. Saat semester 2 saya sudah mulai sedikit terbiasa walaupun kadang masih merasa canggung. Ekskul yang saya ambil adalah teater dikarenakan dipaksa teman saya agar mengikuti ekstrakulikuler yang sama dengan dia. Ternyata teater itu menyenangkan! Saya bertahan sampai lulus di ekskul teater. Walaupun tidak sepopuler basket/cheers namun itu tidak masalah dengan saya. Bagian paling menyenangkan saat dimasa SMA adalah ketika saya kelas 12, dimasa ini saya mulai akrab dengan banyak orang baik itu anak IPA/IPS , dan semakin menyatu saat mendekati masa Ujian Nasional, mungkin karena tidak lama lagi akan meninggalkan masa SMA. Hobbi saya semasa SMA masih mendengarkan musik dan ditambah belajar akting untuk ekskul teater. Saat kelas 3 SMA cita cita saya mulai berubah menjadi seorang Psikolog, alasannya adalah saya ingin membantu orang lain, ditambah guru Sosiologi saya menjelaskan apa saja tugas seorang psikolog dan saya benar benar tertarik saat mendengarkan itu semua.
  Saat ini saya kuliah di Universitas Gunadarma Depok fakultas Psikologi semester 5. Awal masuk kuliah saya merasa banyak perubahan yang saya alami. Mulai dari jarak, pelajaran, lingkungan dan tentu saja pertemanan. Namun saya belajar untuk terbiasa dan gaboleh ngeluh. Sudah  2tahun terakhir transportasi yang saya gunakan untuk ke kampus adalah KRL karena murah & cepat. Tante saya tidak mengizinkan saya untuk ngekost di Depok, dikarenakan saya anak perempuan satu – satunya dirumah sehingga saya hanya bisa menurut untuk tidak nge kost di dekat kampus. Sebelum saya kuliah tepatnya saat baru ingin mendaftar, sempat terkendala dengan keluarga  yang kurang menyetujui saya masuk fakultas Psikologi. Mereka  menginginkan saya untuk mengambil fakultas Ekonomi, namun saya menolak dikarenakan saya hanya ingin kuliah sesuai pilihan saya. Akhirnya mereka mengerti dan mengizinkan saya untuk mengambil fakultas psikologi.
  Saat ini saya sudah berniat setelah lulus ingin langsung kerja dan menjadi seorang HRD karena saya tidak ingin membebani tante saya lagi jika saya ingin mengambil S2. Saya akan melanjutkan S2 saya nanti menggunakan uang saya sendiri, semoga saja jalan saya tidak dipersulit nanti. Amiin.

  Sekian singkat cerita mengenai diri saya. Terima Kasih

Jumat, 06 Januari 2017

review jurnal




PSIKOLOGI INTERNET
(review jurnal cyber bullying)


Oleh:
Dela Marthariani (11515652)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017



I.                   Latar Belakang Masalah

a.      Masalah yang Diangkat Dalam Jurnal
                          Sebagian besar pemuda melaporkan pengalaman dan kegiatan positif online,
                          sedikit yang diketahui tentang pengalaman viktimisasi Internet dan berkorelasi
                          terkait pemuda, khususnya dalam hal Internet pelecehan. Metode: Survei
                          Keamanan Internet Pemuda adalah cross-sectional, perwakilan nasional survei
                          telepon dari pengguna internet biasa muda di Amerika Serikat. wawancara yang
                          dilakukan antara musim gugur 1999 dan musim semi tahun 2000 dan diperiksa
                          karakteristik Internet pelecehan, paparan yang tidak diinginkan untuk materi
                          seksual, dan ajakan seksual yang terjadi pada Internet pada tahun sebelumnya.

b.      Tujuan Penelitian
  Tujuan jurnal ini adalah menggambarkan tentang beberapa kasus kejahatan Cyber Bullying.

















II.                METODE PENELITIAN

a.      Metode yang Digunakan
   Metode penelitian yang digunakan pada jurnal adalah metode kuantitatif karena pada jurnal tersebut terdapat persentase perhitungan mengenai kasus cyber bullying.

b.      Sampel / Responden
                          Seribu, 501 pengguna internet biasa antara usia 10 dan 17 tahun diwawancarai,
                          bersama dengan satu orang tua atau wali. Untuk menilai karakteristik sekitarnya
                          pelecehan Internet, empat kelompok pemuda dibandingkan: 1) sasaran agresi
                          (Yang telah terancam atau malu oleh seseorang, atau merasa khawatir atau
                          terancam oleh seseorang yang tindakan); 2) agresor secara online (membuat
                          komentar kasar atau jahat, atau melecehkan atau mempermalukan seseorang
                          dengan siapa pemuda itu marah); 3) agresor / target (pemuda yang melaporkan
                          kedua menjadi agresor sebagai serta target pelecehan Internet); dan 4) non
                          pelecehan terlibat pemuda (menjadi tidak target tau agresor online). Hasil: Dari
                          19% dari pengguna internet biasa muda yang terlibat dalam secara online agresi,
                          3% adalah agresor / target, 4% melaporkan menjadi target saja, dan 12%
                          melaporkan sedang online agresor saja. agresor pemuda / target melaporkan
                          karakteristik mirip dengan konvensional bully / korban pemuda, termasuk
                          banyak kesamaan dengan pemuda agresor-satunya, dan tantangan psikososial
                          yang signifikan. Kesimpulan: agresor Pemuda / target pengguna intens Internet
                          yang melihat diri mereka sebagai pengguna web mampu. Di luar ini, namun,
                          pemuda ini melaporkan tantangan psikososial yang signifikan, termasuk
                          simtomatologi depresi, masalah perilaku, dan menargetkan bullying tradisional.
                          Implikasi untuk intervensi dibahas.




III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

a.      Pembahasan
  Studi tentang pelecehan Internet masih dalam relatif dan metode standar untuk mengukur perilaku belum dikembangkan. Para ahli kesehatan remaja dibuat pertanyaan dalam Secara online agresor / target, agresor, dan target 1313
penelitian ini, bagaimanapun, dan mereka kemudian percontohan diuji dengan pemuda untuk memastikan penerapan dan dimengerti. Sebuah pernah / tidak pernah pendekatan diambil untuk menunjukkan pelecehan Internet dalam penelitian ini. Ini tidak memperhitungkan bahwa beberapa pemuda
dilecehkan hanya sekali, sementara yang lain berulang kali ditargetkan.
Oleh karena itu pengukuran ini adalah lebih inklusif definisi pelecehan Internet. Hal ini dimungkinkan bahwa pelecehan berulang berhubungan dengan yang berbeda pemuda berkorelasi; ini tentu area untuk Penemuan masa depan.

b.      Teori Dasar

Secara umum, Internet agresi mirip dengan intimidasi tradisional
di alam berulang-nya; 55% dari target Internet agresi menunjukkan mereka lelah lebih dari sekali oleh orang yang sama, dengan 16% dilecehkan empat
atau kali lebih banyak di tahun sebelumnya. Prevalensi karakteristik pemuda yang paling dinilai lebih tinggi untuk pemuda agresor / target dibandingkan
untuk non-pelecehan yang terlibat pemuda. Secara umum, psikososial dan caregiver
- karakteristik hubungan anak yang sama untuk Secara online agresor / target, agresor, dan target 1311 pemuda yang melaporkan agresor perilaku / target dan agresor-satunya perilaku.









IV.             KESIMPULAN

Jelas, tidak hanya orang tua, tetapi juga anak muda harus diberdayakan dan bertanggung jawab untuk online sendiri keamanan. profesional kesehatan pemuda yang berorientasi harus sebagai menyadari sumber daya sebagai pemuda yang
sendiri dalam hal keamanan internet menghasilkan teknik. Misalnya, seperti yang disarankan oleh Finkelhor et al. (2000b), pemuda harus dimasukkan dalam advokasi
dan kampanye pendidikan tentang standar dan Internet perilaku sehat, dan didorong untuk mengambil tanggung jawab untuk aspek pemuda-berorientasi internet.
orang muda harus dipandang sebagai sumber daya untuk kerajinan pesan intervensi yang diterima dengan baik oleh pemuda dan memperhitungkan harapan akun yang realistis perubahan perilaku dan perilaku Internet.




KELEBIHAN & KEKURANGAN
-          Kelebihan : Memberikan informasi data mengenai kasus cyber bullying
-          Kekurangan : Ada beberapa pembahasan masih belum bisa saya pahami.








DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatrics. (2001). Media matters.
Retrieved July, 2003, fromhttp://www.aap.org/
advocacy/mmcamp.htm
American Psychological Association. (1999). Diagnostic
and statistical manual of mental disorders (DSM-IV).
Washington, DC: American Psychiatric Association.
Online aggressor/targets, aggressors, and targets 1315
Austin, S., & Joseph, S. (1996). Assessment of bully/
victim problems in 8 to 11 year olds. British Journal of
Educational Psychology, 66, 447–456.
Barnow, S., Lucht, M., & Freyberger, H.J. (2001).
Influence of punishment, emotional rejection, child
abuse, and broken home on aggression in adolescence:
An examination of aggressive adolescents in
Germany. Psychopathology, 34, 167–173.
BBC News. (April 15, 2002). Youngsters targeted by
digital bullies. Commissioned by Children’s charity
NCH. Retrieved January, 2004, from http://news.
bbc.co.uk/1/hi/uk/1929944.stm.
Borzekowski, D., & Rickert, V. (2001). Adolescent
cybersurfing for health information: A new resource
that crosses barriers. Archives in Pediatric Adolescent
Medicine, 155, 813–817.
Bowers, L., Smith, P.K., & Binney, V. (1994). Perceived
family relationships of bullies, targets and bully/
victims in middle childhood. Journal of Social and
Personal Relationships, 11, 215–232.